Rabu, 07 Juni 2017

Pencairan JHT BPJS Ketenagakerjaan

Saya pernah bekerja di salah satu bank swasta kurang lebih 12 bulan. Sarjana pertanian yang menjadi pegawai bank, pekerjaan gak nyambung sama jurusan kuliahnya. Akhirnya saya mantap mengundurkan diri lalu ikut seleksi terbuka  CPNS Kementerian Pertanian dan lulus (Alhamdulilllah...).

Empat tahun berlalu, saya lihat di dompet masih ada kartu keanggotaan Jamsostek (saat ini sudah berubah menjadi BPJS Ketenagakerjaan). Terpikirlah untuk mencairkan Jaminan Hari Tua (JHT) karena saya sudah menjadi anggota non aktif BPJSTK. Iseng-iseng saya buka website BPJS Ketenagakerjaan dan mengunduh aplikasi BPJSTK di Google Play. Hurraayy... Ternyata klaim JHT bisa online!!! Tapi jangan senang dulu, layanan klaim JHT via aplikasi masih belum tersedia di bulan Juni tahun 2017, bisanya cuma cek saldo JHT aja.

Melihat saldo JHT yang lumayan buat beli lipensetip merek war**h sekarung, akhirnya saya coba urus klaimnya ke BPJSTK. Satu kata untuk pelayanan klaim BPJSTK : "RIBET". Kenapa? Karena meskipun judulnya eklaim, tetap saja kita harus datang untuk verifikasi berkas secara offline. Di  formulir klaim saya cari BPJSTK cabang subang ternyata tidak ada. Kurangnya sosialisasi tata cara klaim secara rinci serta layanan telepon costumer service yang sibuk gak masuk-masuk memaksa saya datang sendiri ke kantor BPJSTK di Subang  untuk menanyakan secara langsung dan mengantri. Ternyata BPJSTK yang di Subang itu cabang dari Purwakarta, pantas di formulir klaim gak ada list-nya. Berikut  tahapan klaim BPJSTK secara online:

1. Pastikan kartu Jamsostek/BPJSTK anda masih ada (jangan sampai hilang)
2. Pastikan anda punya alamat email
3. Scan berkas-berkas yang dipersyaratkan (paklaring, KTP, KK, Kartu Jamsostek/BPJSTK, dll) ke dalam bentuk pdf atau jpg dengan resolusi kurang dari 100 Kb

4.Registrasi akun via aplikasi BPJSTK yang ada di mobile atau via web https://sso.bpjsketenagakerjaan.go.id/registrasi.bpjs 

5. Isi semua data yang diminta, klik "ya, saya setuju" lalu submit data. BPJSTK akan mengirimkan kode PIN aktivasi via email (disimpan baik-baik ya... PIN ini akan dipakai seterusnya untuk login ke BPJSTK)

6. Setelah dapat PIN aktivasi, tinggal login ke BPJSTK lalu kita bisa mengakses cek saldo JHT dan eklaim

7. Klik eklaim, isi pengajuan klaim berdasarkan list yang tersedia (kalau saya klaim JHT karena mengundurkan diri)

8. Isi semua data yang diminta, lalu upload berkas-berkas yang diminta dalam bentuk pdf atau jpg. Kelengkapan berkas untuk klaim JHT karena mengundurkan diri: Fotocopy e-KTP, Fotocopy paklaring, Kartu Jamsostek/BPJSTK, Fotocopy Kartu Keluarga. Setelah semuanya lengkap ajukan klaim.

Setelah pengajuan klaim, nanti kita akan menerima email "Rekam Klaim Jaminan" dari BPJSTK. Itu artinya berkas pengajuan klaim kita telah diterima oleh BPJSTK. Setelah itu kita disuruh  menunggu pemberitahuan selanjutnya dari eklaim paling lama 2 x 24 jam (Itu kata BPJSTK di pemberitahuan email, nyatanya saya baru dapat email dari eklaim setelah 5 hari). Kita akan menerima email dari eklaim jika semua persyaratan sudah dinyatakan secara lengkap oleh BPJSTK. Email dari eklaim BPJSTK kurang lebih berisi pemberitahuan bahwa berkas kita telah memenuhi syarat dan kita diminta datang ke bank tertentu dengan alamat dan waktu tertentu yang telah ditentukan oleh BPJSTK. Saya menerima email dari eklaim tanggal 30 Mei dan diminta datang ke Bank BTN Cabang Subang pada tanggal 5 Juni. Serahkan semua fotokopi berkas yang dipersyaratkan ke CS Bank dengan menunjukkan aslinya. Setelah berkas kita diverifikasi, JHT akan ditransfer ke rekening paling lama 3 minggu setelah verifikasi berkas.

Terus BPJSTK ribet dimananya? Ribet karena pelayanannya yang terbatas, dan antriannya yang luar biasa. Pertama saya dateng ke BTN, pas mau ambil antrian saya dihadang security bank. Dengan santainya dia bilang BPJSTK sedang offline, jadi saya diminta datang lagi besok pagi. Saya pun menghampiri kantor BPJSTK, menanyakan apakah memang sedang offline? petugasnya bilang pencairan JHT terbatas kuota per hari, saya diminta datang lagi besok pagi. Yang mengantri di BPJSTK untuk pencairan hari itu memang panjang sih. Lalu dengan langkah lunglai saya balik lagi ke BTN dengan niat cetak buku rekening. Sambil mengantri iseng saya ajak ngobrol Pak Security. Eh dia keceplosan ternyata BPJSTK tidak ada masalah jaringan, hanya kebijakan bank membatasi kuota pencairan JHT per harinya. Rata-rata orang yang mau mencairkan JHT belum punya rekening BTN, dan proses buka rekening itu memakan waktu yang lama, terlebih cuma ada satu orang CS di cabang tersebut. Melihat saya sudah punya rekening BTN, dia pun akhirnya mau membantu (alhamdulillah). Pak Security memberikan formulir F5, F1 dan surat pernyataan bermaterai (materainya beli sendiri). Setelah mengantri cukup lama, akhirnya tiba giliran saya. Ternyata ada masalah lagi.. jeng jeng jeng... Saya tidak bisa menunjukkan paklaring yang asli. Yang saya bawa adalah print softcopy berwarna paklaring yang saya terima dari HRD, perusahaan tidak memberikan aslinya. CS yang baik hati itu pun meminta saya untuk legalisir paklaring ke Disnakertrans. Beruntung kantor Disnakertrans tidak jauh dari bank, jadi saya bisa langsung kesana lalu balik lagi ke bank menyerahkan semua berkas tanpa harus mengantri lagi. Habis itu tinggal menunggu sms notifikasi transferan JHT dari BTN.

Jadi, biar gak ribet seperti saya berikut tips untuk pencairan BPJSTK:

1. Jika tidak bisa menunjukkan dokumen asli, legalisir dulu berkas yang akan kita ajukan. (misal KK dilegalisir Disdukcapil, paklaring dilegalisir Disnakertrans)

2. Datang ke Bank lebih pagi, agar tidak mengantri lama. FYI saya datang ke bank jam 8.30 pagi dan baru dapet giliran jam setengah dua

3. Transfer JHT tidak bisa ke lain Bank. Contoh: di formulir eklaim kita sudah mengisi nomer rekening BRI, tapi ternyata kita diminta datang ke Bank BJB. Kalau kita belum punya rekening BJB, kita harus buka rekening BJB dulu sebelum verifikasi berkas oleh CS.


Alhamdulillah Kota Subang tidak sebesar wilayah Kabupaten-nya. Sehingga saya bisa bolak-balik BTN-BPJSTK-BTN-Disnakertrans-BTN di hari yang sama. Kebayang kan kalo lokasinya berjauhan? Akhirnya urusan klaim JHT selesai sudah. Izin dari kantor cukup sehari saja. Tabuh dua siang tos tiasa uih deui weh ka Bekasi. Sekian.

Selasa, 26 Mei 2015

More than 1500 KM.. But Still Connected

Dalam jarak lebih dari 1500 km kita terpisah, lintasan Selat Sunda dan panjangnya Bukit Barisan menjadi saksi betapa beratnya rindu yang kau rasakan hingga membawamu sejauh ini kepadaku. Dalam do'a yang menjadi jembatan rindu, ku selalu berharap Tuhan menyuruh bisikan angin sampaikan kerinduan yang sama untukmu yang kini sudah kembali ke tempat yang jauh itu. Kiranya, radar telepon seluler dan internet menjadi salah satu sponsor kita untuk saling melepas rindu. Ah, meski begitu rasa rindu ini tak bisa lepas dengan mudahnya, karena satu-satunya cara adalah bertemu. 

"Sayang, apa kita akan baik-baik saja? apa kita cukup kuat untuk menjalaninya?"
"Sayang, kasih kabar tiap hari ya."
"Sayang"
"Apa?"
"Kangen"

Hubungan kita tentu berbeda 180 derajat dengan pasangan lainnya, bagi kita tidak ada kata-kata sesederhana "makan bareng yuk", "besok kita jalan yuk", "aku demam dan gak bisa keluar, beliin sate ayam dong". Untuk kita tidak ada yang namanya kemewahan menghabiskan akhir pekan bersama, jalan-jalan bareng kapan pun kita mau ataupun hanya sekedar malam mingguan di bioskop. Jadwal ketemuan kita juga hanya sekali dalam beberapa bulan, itu pun harus punya perencanaan yang matang demi menyesuaikan waktu dan budget. Tak boleh ada waktu bertemu yang sia-sia karena kesempatan kita bertatap muka hanya berlangsung sekejap saja. Mungkin kita harus belajar berhemat, karena tiap kali pertemuan tentunya membutuhkan banyak modal, kita harus disiplin karena tak akan ada yang bisa dikumpulkan jika kita menghabiskan uang sembarangan. Kedisiplinan kita bukan hanya masalah uang saja, Demi bisa meluangkan waktu bersama berjam-jam di telepon, kita harus menyelesaikan masing-masing pekerjaan kita lebih cepat dan tentunya pulang kantor tepat waktu.

Keadaan ini memang tidak mudah bagiku, terkadang aku tak bisa berpikir baik. Selalu ada saat dimana jarak membuatku merasa cemburu, mencemaskan utuhnya perasaanmu, juga mencemaskan banyaknya teman wanita di sekelilingmu. Namun, aku akan senantiasa menguatkan diri demi bisa bersamamu. Seperti katamu, jarak ini hanya sementara dan masa depan cerah menanti kita segera.

Demi membuatmu selalu bahagia dan tak berpaling muka, selalu kukirim foto dengan senyum ceria. Selain itu, aku ingin kau percaya bahwa aku di sini baik-baik saja. Meski belakangan ini kadang kau protes dengan kantung mataku sambil menasehatiku agar tidak tidur larut malam. Lalu akhirnya kau sadar itu semua karenamu dan berjanji tidak menelpon hingga tengah malam lagi. Kau dan aku belajar saling menahan rindu, mulai pagi hari hingga pagi berikutnya demi mendapat tidur lelap lebih cepat dan bangun pagi lebih giat. Canda tawa dan cerita pagi kini selalu mengawali hari kita saat ini. Pesan BBM dan Whatsapp darimu menemaniku setiap waktu. Aku bahagia.

Mendengar suaramu dalam dinginnya pagi membuat kita menarik selimut dan memeluk erat guling dan mencium ponsel masing-masing. Meski kadang bayangan nakal menghampiri otak kita, tetapi itu tidak serta merta membuat kita malas dan mempengaruhi waktu kita yang berharga. Kita selalu saling mengimbangi dan saling menyadarkan untuk kembali pada kenyataan serta jalan yang lurus. Kenyataan bahwa kita sedang berjauhan, jalan lurus untuk mencapai tujuan hubungan kita. Dalam diam ku berdoa semoga di masa depan nanti bukan guling yang kupeluk hingga pagi, bukan gambar di ponsel yang kuciumi, tapi kau yang ku kasihi. Doa itu persis seperti yang kau katakan kepadaku setiap hari, dan selalu kujawab dengan kata "iya" atau "amin".

Dalam jarak lebih dari 1500 km, yang kutahu kau akan lakukan apapun demi bertemu denganku meski itu tidak mudah. Dan yang aku lakukan hanyalah menunggumu di sini. Ya, aku menunggumu hingga kita bertemu dan menumpahkan rasa rindu. Meski sekarang yang mampu ku lakukan sementara hanyalah menatap ponselku dan kau ada di sana dan kau pun begitu, meyakinkan bahwa kita mampu menaklukkan jarak yang membentang di antara kita. We are still connected.


Untukmu yang tersayang nun jauh di sana. Semoga kita selalu kuat menjalani hubungan dengan jarak yang memisahkan kita. Aku selalu percaya, ini hanyalah untuk sementara saja. I love you.