Senin, 07 November 2011

Nini-Aki Peot

Suatu hari aku dalam perjalanan pulang mudik ke rumah, ada telpon dari Dick.

“Hai mbem.. lagi ngapain?”

“Aku lagi di jalan mau pulang mas, mas sendiri lagi ngapain?”

“ lagi duduk aja di bawah pohon rambutan”

“Haha.. Pohon rambutan? Gak salah tuh? Dasar aki-aki!”

“Koq aki-aki sih?”

“Yaiyalah, biasanya kan aki-aki suka duduk bahkan tiduran di bawah pohon”

“Kalo aku aki, berarti kamu nini dong”

“Oh tidak bisa… kan aku masih muda, jadi aku cucunya aki”

“mana ada cucu tanpa adanya nini? Yaudah kamu nini aja ya… hehe”

Berlanjutlah percakapan itu sampai saling meledek dan sambil melempar cacian seputar aki-nini di antara kami. Ku akui, sementara itu Dick memang jadi sosok yang paling bikin aku terhibur. Meskipun saling mencaci, tapi kami tak pernah sakit hati sampai munculah sebutan Aki Peot dan Nini Peot. Oh My God!

Begitulah perkembangan hubunganku dengan makhluk abstrak di dunia maya bersama Dick. Hari-hariku mulai diwarnainya dengan sapaan khasnya “Nini Peot”, dan kubalas dengan “Aki Peot”. Sampai nomor Dick di phonebook aku kasih nama Aki Peot. Pada awalnya kusebut dia aki bukanlah tanpa alasan. Dia sering ceramahi aku kalau di telpon, tapi sering kuabaikan karena kukira dia belum cukup dewasa untuk bisa ceramahi aku. Jadi, setiap dia ceramah atau dinasehati aku selalu mengalihkan pembicaraan, dan itu mungkin bikin kesal Dick, si Aki Peot yang Abstrak.

Antara Aku (Jill), Dick, dan Popy juga Pacarnya Dick

Walaupun aku gak bisa bikin surprise di hari ulang tahunnya Popy, tapi aku senang lihat Popy yang ceria seperti itu. Mukanya tidak kelihatan garang lagi kalo lagi senyum. Muka Popy itu memang sering kontras. Kadang dia cantik, kadang garang, kadang nyenengin, kadang nyebelin, kadang jadi temen, kadang jadi soulmate, dan tak jarang juga jadi musuh kalo nonton bola. Tapi, dia salah satu orang yang membuat hidupku berwarna. Itulah hebatnya Popy.

Setelah melihat kedekatan Popy sama Dick, aku jadi semakin yakin mereka punya hubungan yang spesial. Tapi yang aneh, kenapa Dick atau Popy tak mengaku kalo mereka saling suka? Padahal yang kutahu Popy selalu kesal jika Dick tidak ada menghubunginya. Aku pernah tanya Popy secara langsung, dia hanya jawab “temenan aja”. Aku juga tanya Dick, dia juga jawab hal yang serupa. Kukira gak ada salahnya juga kalau aku berteman juga sama Dick.

Beberapa hari setelah kiriman itu, aku dan Popy mulai curhat dari hati ke hati. Aku curhat tentang Ray yang mendekatiku lagi, dan Popy akhirnya mengakui juga kalau dia suka Dick. Hanya saja dia terkendala masalah orang tuanya yang gak setuju. Popy mengaku suka curhat sama ibunya tentang Dick, dia langsung ditentang agar tidak pacaran sama Dick. Ibunya lebih setuju mereka hanya sekedar teman saja. Alasannya cukup masuk akal, karena meskipun Dick sudah bekerja tapi dia belum mapan. Selain itu, Popy juga belum tau Dick suka atau nggak sama dia? Kurasa waktu itu akulah yang harus memastikannya. Bukan berarti aku ikut campur, tapi aku hanya ingin membantu Popy memastikan posisinya dengan bertanya sama Dick secara diam-diam. Aku tanya sama Dick lewat YM.

“Hai mas…”

“Hai mbem…J

“pakabar mas?”

“jangan panggil mas atuh, aa atau kakang aja…”

“wkwkwk… aa dari hongkong? ueekkss”

Begitulah sapaanku sama Dick pertama kali (biar Dick gak curiga). Pelan-pelan kutanya hubungannya dengan Popy. Aku bilang kalo Popy punya perasaan lain sama dia. Aku berusaha meyakinkan Dick, namun sayang tak bisa. Dia tetap bersikukuh, hanya ingin berteman saja sama Popy, tidak lebih. Setelah kudapat kepastiannya, aku tetap merahasiakannya dari Popy. Sayang sekali, Popy tak punya keberanian untuk mengungkapkan perasaannya. Selama ini dia hanya berusaha menyangkal semuanya. Aku pun tak punya cukup kuasa untuk mengatur Popy, biarlah dia tentukan jalannya sendiri, aku tak mau ikut campur sama masalah pribadinya.

Sejak aku kasih tahu Dick yang apa yang sebenarnya Popy rasakan, kudengar mereka semakin dekat. Hampir tiap hari Dick telpon Popy, dan tak jarang juga Dick menghubungiku (itu yang aneh). Apa mungkin Dick berbohong soal perasaanya? Atau dia hanya mempermainkan Popy saja? Entahlah, aku pusing.

Hari-hari pun berlalu, aku masih menjalani kehidupan normalku sebagai “single happy”. Kuabaikan semua lelaki yang mendekatiku, menolak dengan senang hati, dan pergi kmana saja dengan sesuka hati tanpa ada yang protes dengan siapa aku pergi. Tapi yang aneh, aku tak bisa menghindar dari Dick. Dia seolah jadi pendengar setia curhatanku, meski tak jarang dia curcol juga. Tiba-tiba Dick bilang sebenarnya dia punya pacar yang sedaerah sama Popy. Hanya saja hubungan mereka jarak jauh. Dick sering mengeluh tentang pacarnya. Suatu malam di malam jumat, Dick telpon aku lagi.

“Hey mbem, apakabar?”

“baik, ada apa mas?”

“aku bingung sama pacarku, dia gak romantis. Gak bawel kaya kamu. Kalo sms atau ngomong seperlunya. Itu bikin aku gak betah.”

“lah? Terus maumu gimana?”

“pengennya dia tuh ngertiin aku, aku udah setahun jalan sama dia tapi dia terlalu cuek.”

“Mungkin pada dasarnya dia cuek kali…”

“Memang sih”

Aku kesal sama Dick. Dia tahu kalau pacarnya memang cuek dan gak suka banyak bicara, tapi dia menuntut agar pacarnya bersikap sebaliknya. Bukannya mendukung Dick, aku malah bilang dia harusnya memaklumi pacarnya yang sifatnya seperti itu. Aku suruh Dick lebih aktif lagi dan perhatian sama pacarnya.

Baiklah, cukup itu saja aku membicarakan tentang pacarnya Dick. Aku tak banyak tahu tentang dia. Sekarang balik lagi ke Popy, dia akhirnya tahu kalau Dick punya pacar lewat statusnya Dick di FB. Tak berapa lama pula, Dick bilang kalau dia mulai kehilangan Popy. Rupanya Popy mulai menjaga jarak dengan Dick. Apa mungkin Popy menyerah sama Dick? Atau Popy cemburu? Entahlah, tapi imbasnya Dick makin sering menghubungiku sekarang. Walaupun Dick bilang hanya sebatas silaturahim saja, tapi kurasa ada sesuatu yang tak wajar di antara kami. Sebuah pertemanan yang diawali di dunia maya, namun semua terasa nyata. Meski tak pernah lihat wajahnya secara langsung, tapi aku sering mendengar suaranya, dan itu cukup nyata buatku. Meskipun berulang kali kubilang, Dick adalah makhluk abstrak.

Minggu, 06 November 2011

Popy's Birthday

Hampir dua bulan aku kenal Dick lewat dunia maya. Chat hampir tiap hari kerja, smsan tiga kali sehari atau lebih (hampir persis kaya minum obat), trus telpon hampir tiap minggu. Aku pun tak mengerti apa yang terjadi, semua mengalir begitu saja. Awalnya gara-gara kami sama-sama suka Chelsea dan Barcelona, jadi obrolan kami nyambung. Beda banget sama Popy yang suka Manchester United dan Real Madrid, setiap masing-masing tim yang kami suka main pasti ada perang dunia ke-3. Saling menjelekkan tim lawan sudah jadi makanan sehari-hari tiap nonton bola. Tapi, memang itu yang paling aku kangenin dari seorang Popy. Marah-marahnya, sindirannya, muka cemberutnya, seakan sirna ketika hati malaikatnya datang. Dia memang sosok yang paling garang sekaligus paling baik di antara orang-orang yang aku kenal.

Aku masih ingat dulu setiap aku sakit, dia ngasih selimutnya sampai beli obat buatku. Dia total merawatku sampai sembuh. Terus pas aku ulang tahun ke-20, dia sengaja bikin kejutan yang so sweet banget lah, that’s really unforgettable moment!. Aku masih ingat sore sebelum hari ulang tahunku, dia tiba-tiba sms.

Cuy, gw g jdi blik k kosan hr ni,

minggu dpn ja blknya. Lg btah drmh nih

Gak ada yang aneh memang, aku berpikir mungkin dia butuh ketenangan pikiran di rumah soalnya dia lagi nyiapin seminar buat tugas akhir. Malam itu sangat sepi, membosankan, sekaligus menakutkan. Tetangga kosan pada gak ada di tempatnya. Keheningan menyelimutiku malam itu. Acara di tv pun temanya horror semua. Kucoba tidur lebih awal, sayangnya tak bisa. Sampai tepat jam 12 malam ada yang mengetuk pintu kamar sambil memanggil namaku berulang kali. Keringat dingin pun membasahi, detak jantung semakin cepat, aku ketakutan setengah mati. Suara perempuan yang tak ku kenal terus memanggil namaku sambil mengetuk pintu semakin keras. Ya, dia hanya memanggil namaku. Sampai akhirnya aku pun menjawab.

“Siapa di luar?”

“Jill, cepet buka pintunya dong… ini aku Yuli, tolongin temen sekamarku pingsan.”

Hah?? Yuli??? Aku baru inget Yuli tetangga depan kamarku. Parnonya aku, kukira yang manggil aku tadi itu setan. Dengan mata berkaca-kaca dan badan berkeringat kubuka pintu dan…

“SURPRISE!!!!!!! HAPPY BIRTHDAY!!!!”

Kagetnya aku banyak orang di luar sana, nyanyi selamat ulang buatku. Yang lebih ngagetin lagi, dari belakang muncul Popy sambil bawa kue ulang tahun lengkap dengan lilinnya. Oh my God!!!

“happy birthday ya cuy…”

“makasih Pop, temen-temen semua, kalian sukses bikin aku parno malam ini… hiks”

“Koq parno sih?? Orang kalo dikasih kejutan ya kaget, bukan parno, dasar suneh”

“Masalahnya tadi kukira yang ketuk pintu trus panggil namaku itu setan…J..” , kataku sambil nyengir.

Malam yang sepi mendadak jadi rame, kamarku sama Popy jadi penuh sesak sama sepuluh orang yang jadi tim suksesnya Popy buat ngerjain aku. Setelah say happy birthday, make a wish, tiup lilin, sama makan kue ulang tahun, semuanya langsung membubarkan diri menuju kamarnya masing-masing. Sebelum mereka pergi, ada beberapa orang yang nyeletuk.

“Selamat menempuh hidup baru buat Popy dan Jill, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah, cepet dapet momongan. Hahahahahahaha”

“Oia, Popy gimana rasanya dapet potongan kue pertama dari soulmate? Hihihi.”

“Pop, Jill, jangan lupa matiin lampu sebelum tidur ya, hehe”

“Popy dan Jill pasangan serasi banget, satunya macho, yang satu lagi imut, huhuhu”

“ Hey, udah dong. Jangan ganggu pengantin baru, liat tuh kepala Popy mulai bertanduk.”

Dengar celotehan anak-anak, Popy pun mulai menanggapi, “ Apaan sih kalian berisik!!! Kalo gua cowok juga kaga bakalan mau sama si kunyuk ini”. Sedangkan aku hanya diam, masih kaget sama kejutan ini trus pengen interogasi Popy. Koq bisa dia punya ide kaya gini?? Masih gak nyangka dengan tampilan dia yang macho dan garang kaya cowok, ada sisi lembutnya juga ternyata. Ternyata dia sudah sampai kosan dari siang dan kerjasama bareng penghuni kosan biar gak ada yang nyapa aku. Pantesan tadi siang aku ketuk kamar tetangga gak ada satu pun yang nyahut, taunya itu semua rencana Popy. It’s so crazy!!

Empat bulan kemudian, di bulan Februari Popy ulang tahun. Aku mulai menyusun rencana buat dia. Tapi sayang, pas hari ulang tahunnya Popy pulang dan ga ada di kosan sampai dua minggu lamanya dia di rumah. Hancur sudah rencanaku buat ngerjain Popy. Baiklah, aku susun plan B. Aku ngucapin selamat ulang tahun lewat sms trus kasih hadiah salah satu souvenir piala dunia 2010 waktu itu, Zakumi. Aku cari-cari Zakumi kemana-mana, tapi hasilnya nihil. Sampai akhirnya aku temukan satu toko yang jual souvenir-souvenir piala dunia 2010. Niatku ngasih boneka Zakumi batal, harganya ternyata gak bersahabat sama kantongku yang masih mahasiswa. Jadi, aku beli botol minum gambar Zakumi saja, mudah-mudahan Popy senang. Aku bungkus rapi hadiahnya dan kutaruh di dalam lemari Popy. Dua minggu kemudian Popy balik ke kosan.

“Assalamu’alaikum, aku pulang…”

“Hey Pop, betah amat sih lu di rumah”

“Iya dong, gue dapet hp baru sama boneka Zakumi… ahiiyyy”

“Asiik, boneka dari siapa tuh… dapet pacar baru ya”

“Idih, enak aja. Ini dari om gue yang di Jakarta”

“Oooo…”

“Waduh, ada sesuatu di lemari gue nih. Ini dari lu bukan Jill?”

“Apaan??”, jawabku pura-pura gak tahu.

“Eh, tapi gak penting deh dari siapa. Yang penting gue seneng dapet ini. Tinggal kaosnya yang belum gue punya.”

Dalam hati aku senang Popy suka hadiahku, dia tampak kegirangan. Tak lama kemudian HP baru Popy berdering. Dick yang telpon dia, tak sengaja kudengar percakapan mereka. Mereka sepertinya membicarakan tentang hadiah ulang tahun.

Dua hari kemudian ketika aku asyik curhat sama Popy, ada yang mengetuk pintu kamar. Ketika pintu kubuka, aku menerima sebuah kiriman berupa sebuah kotak yang entah apa isinya dari Pak Satpam kosan. Sebuah kotak dengan nama pengirim Dicky Atmaza dari Medan untuk Popy Megatari di Bandung. Ya, itu buat Popy, bukan buatku. Aku terima kotak itu dan langsung kasih tau Popy kalau kiriman yang selama ini dia tunggu sudah sampai. Dengan muka tak sabar, Popy segera mengambil kotak kiriman itu.

“Horee… isinya apa ya? Mudah-mudahan isinya Samsung Corby… hihihi”, kata Popy.

“Ciee…ciee… ada yang lagi seneng nih”, kataku.

“Berisik lu Jill, gue lagi penasaran nih isinya apaan ya?”, kata Popy sambil membuka kotak yang bungkusnya berlapis-lapis.

“ Nah, itu isinya kotak sepatu. Yakin bukan Corby. Pasti sepatu olahraga. Hahaha”, aku ngetawain Popy yang tampak kecewa.

“Bukan cuy, ini bukan Corby atau sepatu. Isinya Bolu Meranti.”

“hahaha… kasiaaan deh yang pengen Corby malah dapet bolu”, kataku sambil ketawa ngakak .

“Eh, tapi ini ada bungkusan lain lagi di bawah tumpukan koran. Horee… gue dapet kaos World Cup 2010. Akhirnya, lengkap sudah koleksi atribut World Cup gue. Boneka dari Om, botol minum dari lo, trus kaos dari Dick. Ditambah hanphone baru dari nyokap. Sempurna!! ”, Popy terlihat sangat gembira saat itu.

Jumat, 04 November 2011

Orang itu, Dick...

Pagi yang mendung, mentari seolah enggan menampakkan sinarnya. Dunia terlihat suram tanpa cahaya dengan kabut tebal yang menghalangi pandangan mata manusia yang ingin melihat indahnya pemandangan alam. Meskipun begitu, pagi ini serasa begitu hidup dengan hiruk pikuk orang yang berlalu-lalang di jalanan desa ini. Aku termenung dan terus-menerus memikirkan dia yang telah pergi. Hampir tak ada keriangan lagi setelah dia pergi. Apalagi setelah kutahu bahwa Ray telah bersama gadis lain tak lama setelah kami putus. Aku sempat terpuruk untuk beberapa saat. But, life must go on!!!

Segala cara aku lakukan agar aku tak ingat Ray, aku pun mulai menyibukkan diri. Beberapa bulan tanpa senyuman, tanpa kegembiraan, aku hampir tak bisa tersenyum lagi. Dia membuatku trauma dengan yang disebut “pacaran”. Aku memang masih mencintainya, sangat mencintainya. Tapi tak sempat terpikirkan olehku untuk kembali bersamanya. Dia membuatku membenci semua kaum Adam di dunia ini.

Aku sibukkan diri dengan fokus kuliah, mulai menata hidupku yang baru. Dengan lagu “Single Happy” Oppie Andaresta dan “Pelan-Pelan Saja” Kotak yang selalu mengiringiku tiap ngerjain tugas kuliah. Sampai akhirnya aku bisa buktikan tak selamanya putus cinta dan patah hati itu buruk dan menyedihkan. Hasilnya, that’s good… aku dapet IP sempurna semester ini (4,00 gitu loh) dan berlanjut sampai semester berikutnya. Hal itu sedikit membuat pencerahan dalam hidupku. Aku bersyukur, mungkin ini maksud-Nya Yang Maha Tahu. Dia mentakdirkan semua ini agar aku bisa membuat kedua orang tuaku tersenyum melihat prestasiku. Aku pun mulai bisa sedikit tersenyum. Aku menunggu kejutan apalagi yang Dia persiapkan untuk mengurangi kegalauan hatiku selama ini.

Tak lama setelah satu bulan putus, Ray muncul lagi di hidupku. Ray putus dengan pacar barunya. Dia mulai mendekatiku lagi dan meminta maaf padaku. Entahlah apa maksudnya, aku tak tahu. Aku menanggapinya biasa saja, meskipun dalam hati aku ingin berteriak “ Aku masih cinta kamu Ray!!!”. Aku terlihat ramah padanya padahal dalam hati aku menggerutu dan ingin sekali marah padanya. Sayangnya amarahku selalu teredam oleh rasa sayangku padanya. Dia membuat hatiku campur aduk didekatnya. Kadang aku berpikir mungkin lebih baik kalau aku tak pernah bertemu dia lagi kapan pun dan di belahan dunia manapun. Tapi keadaan selalu membuatku harus selalu menghadapinya. Aku merasa keadaanku memburuk setiap bertemu dengannya. Luka lama itu tak kunjung kering, sampai pada suatu saat ada seseorang yang tiba-tiba hadir dalam hidupku.

Sebut saja namanya Dick, sosok orang gila SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) yang sekarang dekat denganku. Awal kukenal dia di jejaring sosial Facebook, berlanjut ke Yahoo Messenger sampai akhirnya saling tukar nomer hanphone. Huhhh… dia bikin aku ketawa terus sampe rahangku sakit gara-gara kebanyakan ketawa.

Pertama aku kenal orang gak penting itu gara-gara temen sekamarku Popy yang katanya “gak pernah jatuh cinta” tiba-tiba sering telpon-telponan sama cowok. Dari situ aku penasaran, siapakah gerangan cowok itu??? Aku tanya dia deh…

“Adeuh… ada yang lagi kasmaran nih yee,,,,” aku mulai menggoda Popy.

“Apa sih lu Jill? Ni temen SMP gue, trus baru ketemu lagi di Facebook.”jawab Popy.

“Asiik, temen apa demen???”, kataku.

“Lu liat aja sana di Facebook gue, namanya Dicky Atmaza.” Popy seakan ingin meyakinkan aku kalo dia lagi nggak falling in love sama cowok yang baru saja nelpon.

Keesokan harinya di kampus aku iseng-iseng buka FB (Facebook) trus nyari yang namanya Dicky Atmaza. Sekedar pengen tau aja kaya gimana sih orang yang udah bikin temenku si Popy beda akhir-akhir ini. Sial, pas kubuka profile-nya fotonya gak jelas. Yasudah, akhirnya kuputuskan add him as my friend on FB dan di approve menit itu juga. Ternyata dia lagi online, trus kami langsung chat. Dia langsung nanya account YM aku, katanya chat di YM lebih enak. Berlanjutlah chat kami di YM. Orang gila ini memang gak ada matinya. Baru aja temenan langsung nanya nomer HP, trus yang lebih aneh lagi langsung aku kasih begitu aja. Detik itu juga tiba-tiba ada nomer baru yang telpon. Kriiing…

“Halo, maaf ini siapa ya?” kataku.

“Halo juga, ini aku Dick. Save ya nomerku, salam kenal.”

Klik, langsung ditutup.

Huaaaaaa…… Koq bisa sih aku ngasih nomer HP sama orang asing? Aduh, jadi ngerasa bersalah sama Popy nih. Aaaaarrrrggghhhhtttt…gimana nanti sajalah. Yang penting sekarang Popy gak boleh tau dulu aku tukeran nomer HP sama Dick.

Pulang dari kampus aku lihat Popy nyampe duluan ke kosan. Seperti biasa, dia tidur sore ba’da solat Ashar. Aku bergumam dalam hati, “Gimana nih kalo Popy tau aku temenan sama cowok yang suka telpon dia belakangan ini? Bisa kacau nih dunia persilatan”. Sampai malam harinya aku masih ngerasa gak enak sama Popy, sebaliknya Popy malah biasa aja seolah tak terjadi sesuatu.

Pertama kali kukenal Dick, aku udah ngerasa dia memang manusia paling aneh sedunia. Dalam waktu sehari saja dia bisa bikin aku curhat semua tentang Ray, tentang latar belakang keluargaku, sampai semua kisah cintaku aku kasih tau sama Dick. Setiap aku curhat sama Dick, aku ngerasa seolah teriak kencang di hutan belantara dan samudera yang luas. Sehingga tak ada seorang pun yang tahu dan mendengar teriakanku (kecuali Dick tentunya).

Siang hari yang terik membuatku enggan untuk beranjak pulang dari kampus. Kuputuskan buka laptop dan online. Tiba-tiba Dick menyapaku di YM.

“Hey mbem…J”.

“Mbem?? Apaan tuh???”.

“pipimu itu di foto profil tembem…”.

“ kok mbem sih? ”.

“Memang tembem kan? Hehehehe”.

“ Waduh mas,,, jangan panggil saya begitu…

“Koq Mas? Kaya manggil tukang bakso aja”

“Memang mau diapanggil apa?”

“Panggil saja Aa… hehe..”

“Ueeeekkkkkssss… ooo tidak bisaa...

Begitu seterusnya, dia selalu manggil aku Mbem gara-gara foto itu. Sedangkan aku gak konsisten, kadang panggil Mas, Abang, Mamang, dan yang terakhir Suneh (baca: SUka aNEH). Tapi, dari semua panggilan itu aku lebih suka yang terakhir, Suneh.. hehehehe..

Kini hari-hariku riang gembira selalu dengan berkutat di dunia maya dengan Dick. Dia memberi warna baru dalam hidupku. Namun, kedekatanku dengan Dick masih kurahasiakan dari Popy. Sampai pada suatu hari Popy tahu aku temenan sama Dick di FB. Sepertinya dia gak suka aku berhubungan dengan Dick. Maka kuputuskan untuk jaga jarak dengan Dick sementara waktu. Aku sempat beberapa hari gak ada kontak dengan Dick. Tapi, semua itu tak pernah bertahan lama. Aku masih saja berkomunikasi dengannya. Di sisi lain aku selalu berpikir, aku salah gak kalo akrab sama Dick?


To Be Continued.....