Minggu, 29 April 2012

Surat Untuk Calon Suami Dunia Akhiratku

.•*•. .•*•. .•*•. .•*•. .•*•. .

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Untuk CALON SUAMI dunia akhirat ku :)

Duhai calon pemilik tulang rusukku, aku akan segera hadir dalam dinginnya malam dengan hangatnya jiwa. Ku tunggu hingga Ijab Kabul terucap dari lisanmu.

Aku akan menjaga dalam harumnya semerbak dalam jiwaku, menunggu hingga engkau menahkodai bahtera kita. Ku kan berhijab dengan sempurna dengan tak selalu mengikuti arah arus angin yang berhembus.

Duhai calon imam dalam sholatku, aku kan selalu hadir dalam cintamu kepada Allah, dengan siap aku akan menghamparkan sajadah sebagai alas sujudmu, dengan hadirku sebagai makmum..Insya Allah akan menyempurnakan solat kita.Dengan deru do’amu seiring “aamiin” dari lisanku.

Dalam hening malam air mataku ini tak henti ku titiskan bercahayakan munajat doa.

Duhai calon pemilik tangan gagah yang menolongku ketika aku terpuruk dan jatuh..
Llindungi aku dalam perjalanan hidup kita, ketika engkau terluka kan kubalut dengan cinta jiwa yang merona, menyembuhkan segala perih dalam jiwamu.

Duhai calon pengusap air mataku, sungguh engkau takkan rela calon bidadarimu ini menangis, usaplah lembut pipi kemerah-merahan ini agar tak menangis, dan kan kuhaluskan telapak kakimu dengan mencucikannya ketika engkau pulang dari berjihad.

Duhai calon ayah dari para mujahi-mujahidah kita, aku sebagai madrasah pertama sebagai sumber ilmu dari anak anak kita, kan kutanammkan ilmu agama agar mujahidah kita takut akan Rabbnya, santun pada kedua orang tuannya, menghormati orang-orang yang lebih tua. Akhlakul karimah yang baik kan kusisipkan dalam prilakunya semenjak kecil.

Duhai calon nahkoda yang kan membawa keluargaku ke syurga…
Mari kita hiasi rumah kita dengan cahaya-cahaya iman…

Aku dalam diam sengaja tak menampakkan diri, agar engkau benar benar menemukanku dalam cahaya sujudmu..
Aku tak banyak bicara kerana aku takut ketika aku menyapa, engkau tepesona pada apa yang kuucap..
Aku menunduk malu, tak berani menatap mata binar yang engkau miliki, karena aku takut dapat memudarkan imanku..

Temukan aku wahai calon imam dalam sujudku…
Aku menunggu lisan ijab darimu..
InsyaAllah,sedia menanti di sini.. ^_^

والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Sumber: Dari Catatan seseorang yang belum kunjung bertemu dengan belahan jiwanya

Selasa, 24 April 2012

Kisah Garam dan Telaga Kehidupan

Pada suatu ketika, seorang pemuda yang sedang mengalami banyak masalah mendatangi seorang tua yang dikenal bijak. Pemuda tersebut menceritakan semua masalahnya dan orang tua bijak mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta pemuda itu mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas dan diaduk perlahan. "Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya", ujar orang tua bijak. "Asin dan pahit... Pahit sekali", jawab si pemuda sambil meludah.

Pak tua hanya tersenyum, lalu mengajak pemuda itu berjalan ke tepi telaga di dekat tempat tinggalnya. Kedua orang tersebut berjalan ke tepi telaga yang jernih dan tenang itu.

Pak tua kembal menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu pak tua mengaduk-ngaduk air telaga. "Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah". Setelah pemuda selesai meneguk air itu, orang tua bijak bertanya "Bagaimana rasanya?". "Segar" kata pemuda itu. "Apakah kamu merasakan garam dalam air itu?" tanya orang tua itu lagi. "Tidak", jawab si pemuda.

Sambil tersenyum orang tua bijak tersebut berkata. "Anak muda dengarlah, pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam, jumlah dan rasa pahitnya sama dan akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat bergantung dari wadah yang kita miliki. Itu semua tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan hidup, satu hal yang dapat kamu lakukan yaitu lapangkan dadamu menerima semuanya. Jadikan hatimu laksana telaga tenang dan jernih, yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan".

Manusia hidup tidak pernah terlepas dari masalah. Setiap manusia mungkin akan menyikapi secara berbeda untuk menghadapi, menerima, atau menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Lapangkan hati untuk menerima segalanya dengan bijak. Karena sesungguhnya setiap masalah memiliki jalan keluar dan terkandung hikmah di dalamnya.