Senin, 16 Januari 2012

Good Bye Dick,,,

Beberapa hari setelah pertemuan itu tiba-tiba Dick memberitahuku kalau dia bakal pergi lagi ke Sumatra, tempat kerjanya dulu. Aku senang akhirnya Dick bisa bekerja kembali. Aku tak masalah jika harus jauh dari Dick, karena untuk saat ini aku lebih suka seperti ini. Dick abstrak yang aku suka, tapi pada realitanya aku masih tak tahu. Dalam jangka waktu dua tahun aku kenal Dick dengan pertemuan yang begitu singkat kukira masih belum cukup buatku untuk menjadikan Dick teman hidupku. Meskipun Dick selalu berkata “yaudah kita pacaran aja”. Tapi bagiku tak semudah itu. Hidup itu memang rumit, aku hanya bisa bisa menikmati dan mempelajarinya. Masalah jodoh aku pun tak tahu, siapakah nanti yang akan menjadi belahan jiwaku? Cerita tentang Dick hanyalah secuil dari pengalaman hidupku yang tak terlupakan. Aku juga tidak mau menggantungkan harapanku pada Dick, karena aku selalu realistis dan memimpikan sesuatu yang menurutku “pasti” daripada berfantasi dengan khayalan yang tak pasti. Good bye Dick! See u later

TAMAT

Minggu, 15 Januari 2012

Ketika Aki ketemu Nini

Nini dan Aki Peot masih eksis di dunia maya, bukan dunia nyata. Sang Aki masih suka telpon ‘n sms Nini, meskipun aku lebih suka dipanggil Jill daripada Nini tetapi menurutku panggilan Nini lebih baik daripada Neng. Benci sekali rasanya aku denger nama Neng. Suatu hari Aki telpon.

“hai,, apakabar Neng?”

“Neng? Siapa tuh? Salah sambung mas, aku tutup telponnya ya”

“Ih, jangan dong. Aku memang mau ngobrol sama kamu.”

“Tapi kan aku bukan Neng, namaku Jelita. J-E-L-I-T-A. panggil aku apa aja, tapi jangan Neng. Plis deh…”

“Iya deh, aku panggil sayang aja ya?”

“Sayang? Aku kan bukan pacarmu. Udah ah panggilan yang biasa aja.”

“Ah, kamu memang suka aneh. Baiklah Nini saying.”

“Huhh… Suneh”

Berlanjutlah obrolan itu sampai lebih dari satu jam. Ngobrol sama dia memang gak pernah kehabisan topik. Selain ngelantur kesana kemari, kadang kami juga curhat, pokoknya apapun jadi bahan obrolan. Sebelum kuping panas dan pulsanya habis, pasti kami terus ngobrol. Baru kali ini aku ketemu sama cowok yang rumpi dan bawel.

Setelah aku intensif komunikasi sama Dick alias si Aki Peot, ada sesuatu yang mengganjal di hati. Mau dinamakan apa hubungan ini?. Aku bingung karena hubungan kami jelas lebih dari sekedar teman, dan kembali aku merasakan sesuatu yang tak wajar dari sebuah pertemanan antara laki-laki dan perempuan. Tak bisa dipungkiri, setiap ada salah satu yang gak balas sms atau gak jawab telpon pasti salah satunya protes. Sebenarnya aku penasaran juga seperti apakah sosok Dick yang nyata? Kan selama ini aku lihat dia hanya sebatas foto.

Setelah sekian lama, akhirnya aku dan Dick memutuskan untuk bertemu. Dick yang bakalan nyamperin aku. Waktu pun berjalan, sehari, sebulan, setahun, pun berlalu. Dick mudik ke pulau Jawa bersamaan libur Idul Fitri. Tapi sayang, kali ini kami tak bisa bertemu. Lengkaplah sudah hubungan abstrak antara kami. Ada rasa penasaran yang selalu menghantuiku sebelum bertemu dengan makhluk aneh itu. Dick memang unik, aku tak peduli tampang dia seperti apa nanti, aku hanya sekedar ingin tahu siapa sosok makhluk aneh yang seringkali menghubungiku dan tiba-tiba masuk ke dalam hidupku di saat yang tepat. Tak ada niat sedikitpun juga untuk menjadikannya pacar, karena aku kan gak mau punya pacar (baca: belum siap punya pacar). Mau mukanya bopeng kaya gareng atau tampan kaya arjuna pun aku tak peduli, yang penting aku ketemu Dick.

Hari-hari berikutnya masih kulalui bersama Dick si Aki yang abstrak. Sampai pada suatu hari Dick pulang mendadak ke pulau Jawa. Kudengar Poppy bakalan mudik bareng Dick besoknya. Ibu Dick sakit sampai akhirnya dia melepas semua pekerjaannya di kota Medan dan pulang ke tanah kelahirannya di Cirebon. Aku tak mau mengganggu Dick yang sedang berkabung, dengan memaksa dia datang ke Bandung. Selain itu aku juga tak mungkin menemuinya dengan datang langsung ke Cirebon. Ternyata meskipun jarak Cirebon-Bandung itu lebih dekat kalau dibanding Medan-Bandung tetap saja aku dan Dick belum waktunya untuk bertemu.

Ibu Dick sudah sembuh, tapi tabungan Dick habis untuk mengobati ibunya dan Dick tidak punya pekerjaan sekarang. Dick sering curhat lewat telpon atau sms, namun tak sesering dulu. Tapi aku mengerti, situasi dulu berbeda dengan sekarang. Setelah beberapa bulan kudengar Dick bekerja di salah satu pabrik produksi makanan ternama di Tangerang. Keadaannya belakangan ini memang memprihatinkan. Dia tidak cocok dengan pekerjaannya yang berat dan berbeda dari sebelumnya. Suatu ketika Dick telpon,

“Sayang, aku gak betah di sini”, kata Dick manja.

“Kenapa peot? Jalani saja dulu sebelum kamu dapat kerja di tempat lain”, kataku.

“Kamu gak tahu sih, kerjaan aku sekarang capek banget.”

“memangnya kamu di bagian apa sih kerjanya?”

“Aku di bagian oven, bayangin aja 8 jam kerja di deket oven panasnya kaya apa”.

“Hmm… sepertinya gak usah dibayangin pun aku udah tau panasnya”

Begitu dan seterusnya Dick selalu mengeluh dengan pekerjaannya sekarang. Selain itu, ada satu hal yang aku mulai tak kusukai dari Dick.Sekarang dia sering menelponku pake nomer orang lain. Itu jelas sangat menggangguku.

Hampir di sela-sela percakapan kami selalu membicarakan kapan akan bertemu. Sudah 8 bulan Dick pulang dari rantau, tapi sekalipun dia belum pernah mengunjungiku. Sampai pada bulan Ramadhan Dick berjanji akan menemuiku sebelum pulang mudik lebaran.

Idul Fitri tinggal menghitung hari, aku sama Dick janjian dan menentukan tanggal “ketemuan”. Sayangnya jadwal kami gak sinkron,jadwal liburku berbeda dua hari dengan Dick. Mungkin ini pertanda kami belum berjodoh untuk saat ini, akhirnya kami bertemu setelah libur Idul Fitri.

Hari itu pun tiba, aku ketemu Dick di Mall. Pertemuan yang begitu singkat, aku kecewa. Ternyata dia bukan sengaja menemuiku, tapi dia menemuiku di sela-sela perjalanannya bersama “pasukan”nya yang kukira itu preman. Aku sedikit merasa takut, seram dan waswas. Kukira kami akan bertemu empat mata, ini malah 10 mata. Oh Tidaaakkk!!!

Beberapa saat sebelum ketemu, aku dan Dick saling mencari satu sama lain. Hanya membayangkan muka, telpon nanya posisi sekarang sambil mengira-ngira. Aku yang duduk di depan sebuah toko handphone kaget saat Dick bilang “Aku persis di belakangmu”. Aku pun menengok ke belakang sambil mencari dan membayangkan sosok Aki peot. Aku kebingungan, Dick yang hanya melihat dari belakang tahu itu aku, sedangkan aku walaupun melihat sosoknya gak nyadar kalo itu dia. Sampai akhirnya ada sosok cowo cungkring, pakai baju serba hitam yang melambaikan tangannya, aku baru sadar itulah Dick.

“hai…” Dick mendekatiku dan membuka percakapan.

“Hai juga..”, sambil nyengir.

“Mau ngobrol dimana?” tanyaku.

“Terserah, kamu kan yang tau daerah sini.”

“Yaudah di foodcourt aja ya”.

Singkat cerita, Dick mengenalkan aku sama”pasukan”nya. Kami pun pergi ke foodcourt. Suasana sempat hening sejenak. Aku, Dick dan pasukannya terdiam beberapa saat. Dick terlihat gugup di depanku. Dia tidak bawel seperti biasanya di telpon atau chat, tidak seperti Dick si Aki peot yang aku kenal. Obrolan kami hanya sekedar basa-basi saja. Pertemuan itu tak begitu lama, hanya sekitar 15 menit karena Dick harus melanjutkan perjalanannya kembali. Dan kami pun berpisah sampai di situ.

Setelah pertemuan singkat itu, komunikasi kami masih tetap seperti biasa. Jujur aku lebih suka Dick yang di dunia maya dari pada dunia realita karena pertemuan itu. Aku tidak mempermasalahkan wujud fisik teman-temannya yang seram, muka Dick juga gak jelek, tapi aku hanya bingung kenapa aki-aki yang biasa bawel mendadak jadi kaku di depanku. Sedangkan di telpon dia berani mengejek aku dengan sebutan pendek, sambil tertawa. Dia pun kembali menjadi Aki Peot yang bawel yang aku kenal.