Selasa, 28 April 2015

Memantapkan Hati

Sewaktu kecil, ibu pernah mendongeng cerita mengenai "Lebai Malang". Cerita seorang Lebai yang mendapatkan dua undangan pesta pernikahan di waktu yang bersamaan yang bertempat di arah yang berlawanan sehingga hanya satu pesta saja yang bisa dia hadiri. Lebai itu sangat bingung akan hadir ke pesta yang mana, dia membandingkan makanan apa saja yang biasa dia dapat dari kedua pesta tersebut. Hingga waktunya tiba, dia hanya berjalan bolak balik di setiap pertengahan jalan sembari memikirkan pesta mana yang akan dia hadiri. Hingga akhirnya setelah sekian lama berpikir dia pun membuat keputusan. Malangnya, pesta yang dia hadiri telah usai dan dia pun tidak kebagian makanan sedikitpun. Kemudian dia berpikir mungkin saja di pesta yang lain masih ada makanan tersisa. Tentu saja pesta tersebut sudah selesai juga dan semua undangan pun sudah pergi ke rumahnya masing-masing. Lebai yang malang itu pun hanya bisa gigit jari. Dari cerita singkat tersebut aku  mendapat pelajaran bahwa manusia peragu dan lambat membuat keputusan pada akhirnya akan mendapat kemalangan. Segala bentuk keraguan akan menjadi hal yang akan kita sesali di masa depan.

Di dalam hidup, kita pasti akan banyak mengalami posisi menentukan pilihan. Kita tidak bisa tidak memilih karena tidak memilih pun adalah suatu pilihan. Apapun pilihan yang kita pilih akan menjadi penentu masa depan kita selanjutnya. Iya, bahkan sama sekali tidak memilih pun akan berdampak terhadap hidup kita. Pada saat memilih kita pastinya akan memikirkan mana yang terbaik untuk hidup kita ke depannya. Tetapi perlu diingat, ketika kita sudah memilih yang terbaik pun terkadang akan ada lagi pilihan lain yang lebih baik dari yang kita pilih. Namun hati-hati, seringkali ketika kita merubah pilihan akan ada sesuatu yang harus dikorbankan dan akan ada orang lain yang tersakiti. Apa yang terjadi jika seringkali berpindah pilihan? Kemungkinannya hanya ada dua: Satu, kita akan menyesal karena setelah dijalani ternyata pilihan kita sebelumnya lebih baik daripada yang kita pilih saat ini; Kedua, kita akan selalu merasa tidak puas karena pilihan kita tidak pernah sempurna. Iya, tak ada yang sempurna di dunia ini. Yang baik itu banyak, yang lebih baik tentu lebih banyak lagi, namun yang sempurna tidak akan pernah ada.

Bercerita mengenai kesempurnaan, pada saat SMA aku pernah membaca buku-buku karya Kahlil Gibran. Ada salah satu kisahnya yang menarik menurutku. Pada suatu hari Gibran disuruh gurunya untuk memetik bunga tercantik di suatu taman bunga yang indah. Namun, gurunya berpesan ketika dia memilih bunga tercantik, dia tidak diperbolehkan berjalan mundur dan melihat lagi ke belakang, dia diharuskan untuk berjalan maju. Lalu berjalanlah Gibran menelusuri taman itu dan ketika dia melihat bunga yang sangat cantik dia tidak langsung memetiknya. Dia berpikir "mungkin saja di depan sana ada bunga yang lebih cantik dari ini". Gibran terus berjalan seperti itu hingga di penghujung taman dia menemui Sang Guru tanpa ada setangkai bunga pun yang dipetiknya. Dia baru sadar ternyata di penghujung taman tidak ada lagi bunga yang bermekaran di sana. Dari cerita tersebut aku belajar untuk tidak pernah melepaskan kesempatan yang baik atau orang baik yang menghampiri. Segera tentukan pilihan dengan hati yang mantap, Hati yang mantap adalah jawaban dari segala keraguan dalam pikiran. Bagiku pikiran dan hati harus selalu bersinkronisasi. Mensyukuri pilihan apapun yang telah dijalani saat ini adalah salah satu cara meraih kebahagiaan diri. Sekali lagi, yang baik itu banyak, yang lebih baik lebih banyak, namun tidak ada yang sempurna. Iya, tidak ada. Sekian.