Selasa, 24 April 2012

Kisah Garam dan Telaga Kehidupan

Pada suatu ketika, seorang pemuda yang sedang mengalami banyak masalah mendatangi seorang tua yang dikenal bijak. Pemuda tersebut menceritakan semua masalahnya dan orang tua bijak mendengarkan dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta pemuda itu mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu ke dalam gelas dan diaduk perlahan. "Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya", ujar orang tua bijak. "Asin dan pahit... Pahit sekali", jawab si pemuda sambil meludah.

Pak tua hanya tersenyum, lalu mengajak pemuda itu berjalan ke tepi telaga di dekat tempat tinggalnya. Kedua orang tersebut berjalan ke tepi telaga yang jernih dan tenang itu.

Pak tua kembal menaburkan segenggam garam ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu pak tua mengaduk-ngaduk air telaga. "Coba ambil air dari telaga ini, dan minumlah". Setelah pemuda selesai meneguk air itu, orang tua bijak bertanya "Bagaimana rasanya?". "Segar" kata pemuda itu. "Apakah kamu merasakan garam dalam air itu?" tanya orang tua itu lagi. "Tidak", jawab si pemuda.

Sambil tersenyum orang tua bijak tersebut berkata. "Anak muda dengarlah, pahitnya kehidupan layaknya segenggam garam, jumlah dan rasa pahitnya sama dan akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat bergantung dari wadah yang kita miliki. Itu semua tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan hidup, satu hal yang dapat kamu lakukan yaitu lapangkan dadamu menerima semuanya. Jadikan hatimu laksana telaga tenang dan jernih, yang mampu meredam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan".

Manusia hidup tidak pernah terlepas dari masalah. Setiap manusia mungkin akan menyikapi secara berbeda untuk menghadapi, menerima, atau menyelesaikan setiap permasalahan yang ada. Lapangkan hati untuk menerima segalanya dengan bijak. Karena sesungguhnya setiap masalah memiliki jalan keluar dan terkandung hikmah di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar