Sabtu, 08 Oktober 2011

Peoott....

Gerimis yang baru sehari membasahi kota kecil ini membuat musim kemarau yang telah melanda berbulan-bulan seakan tak pernah terjadi. Tanah kering, pecah, dan tandus kini mulai basah seakan jadi pertanda bahwa dia siap untuk ditanami kembali, siap memberi kehidupan kepada tanaman apapun yang tumbuh di atasnya. Begitu pula dengan hatiku, yang dulu hampa, sepi dan bermuram durja, kini berganti dengan kerianggembiraan di setiap waktunya. Dua tahun yang kulalui dengan menyesali diri kini berganti semangat lagi. Baru kusadari, luka itu telah hilang. Rasa benci itu kini telah pergi. Juga rasa cinta itu juga telah tenggelam laksana kapal karam di tengah samudera luas yang bangkainya tak pernah ditemukan. Dia bagai gerimis yang membasahi hatiku yang tengah kering dan tandus. Terimakasih kawan, Semangatku kembali!!
Semua berawal di penghujung tahun 2009, hatiku remuk dikala itu. Sebut saja namaku Jill, dan namanya adalah Ray. Sebelumnya hubungan kami baik-baik saja, namun pacaran 3 tahun lebih membuatku dan Ray bosan. Kami hampir tidak pernah ada masalah apapun selama itu. Pertengkaran kecil memang ada, tapi kami selalu bisa baikan kurang dari sehari. Mungkin itu yang membuat kami bosan, hubungan kami hambar, nyaris tidak pernah ada rayuan atau semacamnya. Sampai pada akhirnya Ray sempat berfikir untuk berpisah. Pada pagi yang cerah Ray tiba-tiba telpon aku.

"Jill, semuanya udah aku pikirin. Maaf mungkin kita harus break dulu sementara waktu", kata Ray dengan menunduk tanpa berani melihat mataku.

"Break?? kamu capek dengan hubungan kita??", tanyaku.

"Bukan begitu, aku cuma ingin kita sama-sama introspeksi diri. Biarlah kalo nanti kita berjodoh, aku pasti kembali sama kamu", jawabnya pelan.

"Kalo mau putus bilang ja, gak usah pake break segala. Enak aja kamu mau bolak-balik seenaknya sama aku. Kamu kira aku cewe apaan?", aku membentaknya dengan menatap tajam matanya.

Lalu Ray pun menjawab, "Ayolah sayang, ini demi kebaikan kita berdua".

Aku sempat berfikir sejenak, "Sayang?? tumben banget ni orang manggil sayang". Setelah pembicaraan yang alot dan tegang itu, kami memutuskan untuk berfikir dan bertemu seminggu kemudian. Aku gak tau apa yang dia pikirkan, setelah pembicaraan itu aku mulai mengorek-ngorek berita tentang dia lewat temen-temen deketnya. Singkat cerita akhirnya dua hari kemudian aku dapat berita. Ray sedang dekat dengan perempuan lain, namanya Neng.
Hatiku hancur mendengar berita itu, tak kusangka Ray yang kukira setia ternyata mengkhanatiku. Mungkin ini alasannya dia ingin "break". Rasanya campur aduk, ada benci, kesal, marah, geram, tapi di sisi lain masih terselip rsa sayang sama dia. Tapi aku sadar, Ray tidak pantas untuk dipertahankan lagi.
Hari kamis sore yang mendung di penghujung tahun 2009 kami bertemu di sebuah rumah makan sunda di daerah yang agak jauh dari rumah. Pertama kali kulihat wajahnya begitu gugup dan tegang. Sambil menunggu pesanan makanan, kami pun diam seribu bahasa. Tidak ada satu pun yang berani memulai angkat bicara. Sampai aku memberanikan diri untuk membuka obrolan kami.
"Hai, Ray. Pakabar?", dengan menahan rasa geram dengan sedikit senyuman aku mulai bicara.
"Baik. Kamu gimana?" jawabnya.
"Ya gitu deh. Entahlah.", jawabku sinis.
Tak lama setelah obrolan yang "garing" itu, makanan datang. Sikapnya langsung berbeda, dia melayani aku. Mulai mengambilkan piring, ngambil nasi buatku, lauknya juga, pokoknya aku tinggal duduk manis dan makan. "Huh.... orang aneh, apa dia mau lanjutin hubungan ya?", gumamku dalam hati.
Selesai makan kami pun mulai ngobrol serius. Ray mulai bicara.
"Jill, aku sudah mantap ingin break sama kamu", kata Ray.
"Gak bisa, kita putus aja deh." jawabku mantap.

To be continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar